Amfibi terbesar dunia, salamander raksasa di China Selatan sepanjang hampir dua meter 'ditemukan'
Sumber gambar, BEN TAPLEY/ZSL
Amfibi yang disebutkan sebagai salamander terbesar dengan ukuran sekitar dua meter ditemukan, spesies yang terancam punah karena banyak ditangkap untuk disantap, demikian hasil penelitian DNA dari spesimen museum.
Salamander raksasa atau sejenis kadal di China Selatan sepanjang hampir dua meter ini terancam punah dan para ilmuwan menyebutkan perlu dilakukan upaya konservasi.
Penangkapan binatang untuk disantap sebagai sajian hewan eksotis membuat sejumlah spesies berkurang jumlahnya di China.
Sebelumnya salamander ini dianggap sebagai satu spesies, tetapi analisa spesimen mati dan masih hidup menunjukkan terdapat tiga spesies di sejumlah daerah di China.
Salamander China Selatan adalah yang terbesar dari ketiganya. Para peneliti memperkirakan hewan ini adalah amfibi terbesar yang masih hidup saat ini.
Profesor Samuel Turvey dari Zoological Society of London (ZSL) mengatakan penurunan jumlah di alam sebagai sebuah "bencana".
Sumber gambar, HARRY TAYLOR / NHM IMAGE RESOURCES
"Kami berharap pemahaman terbaru tentang keragaman spesies ini dapat mendukung keberhasilan konservasi, tetapi langkah darurat diperlukan untuk melindungi populasi salamander raksasa yang kemungkinan masih ada," katanya.
Peneliti lainnya, Melissa Marr, dari Natural History Museum London mengatakan sejumlah langkah harus ada untuk mempertahankan susunan gen dari masing-masing spesies yang berbeda.
"Berbagai spesies ini ditemukan dan perlu segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan salamander raksasa China di alam," katanya.
Panda China yang pernah berada di AS
Pada 2019, kebun binatang San Diego mengembalikan panda-pandanya. Lalu, beruang terakhir di kebun binatang Memphis, Tennessee, kembali ke China pada awal April tahun ini yang disambut bak selebriti di bandara Shanghai.
Kepulangannya sempat menjadi kontroversi, sebab beredar foto-foto di internet yang memperlihatkan Ya Ya si panda betina tampak kotor dan kurus (menurut standar panda) dengan bulu yang tidak rata.
Sementara, pasangannya panda jantan, Le Le, mati mendadak pada Februari di usia 24 tahun. Kematian Le Le pun memicu kemarahan di platform media sosial China yang menuding kebun binatang Memphis telah melakukan penganiayaan.
Kebun binatang tersebut pun mengonfirmasi bahwa Ya Ya memiliki kondisi kulit dan bulu yang kronis, yang membuat rambutnya terlihat tipis dan tidak rata. Sedangkan Le Le meninggal karena sebab ilmiah. China pun mengirimkan delegasi ilmiahnya ke Memphis, dan mengumumkan bahwa Le Le tidak dianiaya dan meninggal karena penyakit jantung.
Rentang hidup rata-rata panda di alam liar adalah 15-20 tahun. Untuk mereka yang berada dalam perawatan manusia sering kali hidup sampai usia sekitar 30 tahun.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Diplomasi panda Beijing mungkin hanya mempunyai satu pemenang: panda raksasa itu sendiri.
Pusat Penangkaran Panda Bifengxia di Kota Ya’an, Provinsi Sichuan, China barat daya, menampung hingga 66 ekor panda dalam lingkungan yang tenang dan subur.
Beberapa di antaranya sempat tinggal di luar negeri sebagai bagian dari upaya global untuk melestarikan spesies langka tersebut, termasuk Mei Sheng dan Bei Bei yang lahir di AS, serta Fan Xing yang baru kembali dari tempat lahirnya di Belanda tahun lalu.
Dalam perjalanan media belum lama ini ke Sichuan, Mei Sheng, yang sudah hampir berusia 21 tahun, tampak mengunyah bambu di paviliun bergaya China, sedangkan Bei Bei berjalan ke deretan rebung yang dijajarkan, memungut salah satunya dengan menggunakan gigi, lalu duduk untuk menikmatinya sementara para pengunjung memerhatikan mereka.
Pegawai pusat penangkaran menggambarkan panda jantan berusia hampir sembilan tahun yang dikirim ke China pada tahun 2019 itu sebagai panda yang mudah bergaul.
Li Xiaoyan, perawat Bei Bei dan dua panda lainnya yang lahir di luar negeri, mengatakan bahwa panda yang lahir di luar negeri mungkin menghadapi kendala bahasa saat kembali ke China.
Ada perbedaan besar di antara para panda. Beberapa panda bisa beradaptasi dengan sangat cepat dan mudah ketika kembali, sementara yang lain butuh waktu lama untuk beradaptasi ke lingkungan yang baru, terutama faktor manusia seperti bahasanya,” kata Li.
“Di luar negeri, bahasa asing yang digunakan. Di China, bahasa Mandarin yang digunakan, dan bahkan bahasa Sichuan serta dialek
Program peminjaman panda raksasa China sudah lama dikenal sebagai alat diplomasi lunak Beijing. Meski demikian, pentingnya pelestarian spesies itu juga bisa jadi alasan kuat Beijing memperbarui kerja samanya dengan kebun-kebun binatang AS dan mengirim sepasang panda baru ketika hubungan kedua negara memburuk.
“Kami menjalankan kerja sama ilmiah dan penelitian dengan Kebun Binatang San Diego dan kebun binatang di Washington, di AS, demikian juga dengan negara-negara Eropa. Kerja sama ini bersifat timbal balik dan saling menguntungkan dalam banyak aspek. Dalam hal hewan, mereka lebih maju dalam berbagai aspek, termasuk kedokteran hewan, genetika dan vaksinasi, dan kami belajar dari mereka,” kata Zhang Hemin, kepala ahli Pusat Konservasi dan Penelitian Panda Raksasa China di Kota Ya’an.
Meskipun penelitian Barat unggul dalam bidang studi genetika dan kedokteran hewan, China unggul dalam hal penyediaan makanan dan pelatihan perilaku, ujarnya.
Zhang berbicara kepada wartawan dalam tur media yang diselenggarakan oleh pemerintah China baru-baru ini di Pusat Panda Bifengxia Ya’an, di mana para panda bermalas-malasan dan mengunyah batang bambu.
Wisatawan yang berkunjung terpesona oleh binatang berbulu hitam-putih yang lucu itu.
Zhang Yiqing, mahasiswa senior yang berkunjung dari Chengdu, menganggap China telah melakukan pekerjaan yang baik dalam konservasi panda dan keuntungannya lebih besar daripada kerugiannya, dalam hal kerja sama internasional mengenai panda.
“Melihat panda-panda raksasa, saya rasa mereka pasti menjalani hidup yang sangat nyaman dan santai. Setidaknya mereka jauh lebih bahagia daripada kita-kita pegawai kantoran,” kata turis lain, San San.
Zhang, kepala pusat konservasi, mengatakan kepada wartawan bahwa terdapat beberapa manfaat dari pengiriman panda ke luar negeri.
“Faktanya, melindungi panda berarti melestarikan keanekaragaman hayati dan seluruh lingkungan ekologi. Karena panda ibarat payung, semua hewan lain juga ikut terlindungi saat Anda melindungi panda. Jadi saya rasa panda yang tinggal
sementara di luar negeri meningkatkan kesadaran manusia akan pentingnya pelestarian, selain itu juga meningkatkan perhatian terhadap planet kita dan perlindungan keanekaragaman hayati,” urai Zhang. “Bagus, bukan?”
Jumlah panda yang hidup di penangkaran telah meningkat menjadi lebih dari 700 ekor, membentuk populasi besar yang berkelanjutan, ungkapnya.
Langkah berikutnya dalam pelestarian panda adalah untuk membantu hewan itu kembali ke alam liar dan bertahan di sana. Populasi lebih besar panda yang dikembangbiakkan di penangkaran menjadi landasan upaya itu.
Puluhan tahun setelah Beijing mulai bekerja sama dengan kebun-kebun binatang di AS dan Eropa untuk melindungi spesies tersebut, jumlah panda raksasa di alam liar telah meningkat menjadi 1.900 ekor, dari yang sebelumnya 1.100 ekor pada tahun 1980-an, dan hewan itu pun tidak lagi dianggap “berisiko” punah dan kini diberi status yang lebih aman, “rentan.” [rd/rs]
Dapatkan Berita Terkini khusus untuk anda dengan mengaktifkan notifikasi Antaranews.com
Diplomasi panda China ke dunia
Saat ini, Beijing meminjamkan 65 panda ke 19 negara, melalui program penelitian kooperatif dengan misi melindungi spesies yang rentan dengan lebih baik.
Namun, China tampaknya secara bertahap mengambil kembali panda-panda miliknya dari beberapa kebun binatang di negara-negara Barat, seiring berakhirnya perjanjian mereka. Hal ini membuat para analis menyimpulkan adanya perubahan dalam pendekatan Beijing terhadap diplomasi panda.
Tidak hanya AS yang akan kehilangan panda-panda tersebut, tetapi Inggris dan Australia juga akan merasakan hal yang sama pada akhir 2024, jika perjanjian yang ada tidak diperpanjang.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Diplomasi panda merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan strategi Beijing selama puluhan tahun dalam memberikan atau meminjamkan hewan itu. Harapannya dapat membangun hubungan baik dengan negara lain.
Panda simbol hubungan AS-China
Mei Xiang dan Tian Tian tiba di Washington pada 2000. Selama berada di kebun binatang tersebut, keduanya telah memiliki empat anak, tiga diantaranya telah pulang ke China. Sementara, Xiao Qi Ji yang lahir pada 21 Agustus 2020, menjadi penghuni kebun binatang yang paling dicintai sejak kelahirannya.
Panda telah menjadi simbol hubungan Beijing-Washington sejak 1972. Saat itu, Presiden Richard Nixon melakukan kunjungan bersejarahnya ke China dan Perdana Menteri Zhou Enlai menghadiahkan sepasang panda raksasa, Hsing Hsing dan Ling Ling kepada AS.
Kini, Beijing menyewakan panda-panda tersebut untuk jangka waktu 10 tahun, yang dapat diperbarui. Biaya tahunan berkisar antara 1 juta hingga 2 juta dolar AS (sekitar Rp15,6-31,2 miliar) per pasang. Itu ditambah biaya wajib untuk membangun dan memelihara fasilitas kandang hewan.
Setiap anak panda yang lahir adalah milik pemerintah China, tetapi dapat disewa dengan biaya tambahan hingga mencapai usia kawin. Panda akan kembali ke Negeri Tirai Bambu, ketika mereka mencapai usia tua. Setiap anak panda yang lahir akan dikirim ke China saat mereka berusia 3 atau 4 tahun.
Baca Juga: 3 Alasan Kenapa Panda Suka Sekali Makan Bambu
Apa yang dimaksud dengan salamander raksasa China?
Salamander raksasa sebelumnya pernah ditemukan di sejumlah tempat di China bagian tengah, timur dan selatan.
Penangkapan berlebihan meningkat dalam beberapa dekade terakhir, untuk memasok pasar makanan hewan yang dianggap eksotis di China.
Industri peternakan skala besar yang telah dikembangkan, dipandang dapat mengancam populasi di alam karena perburuan dan penyebaran penyakit menular.
Para peneliti menggunakan spesimen museum untuk mengkaji sejarah genetika salamander raksasa China, kelompok yang sangat kuno sehingga binatang ini dipandang sebagai "fosil hidup".
Pemikiran bahwa salamander raksasa China Selatan sebagai spesies tersendiri pertama kali diusulkan pada tahun 1920-an, tetapi kemudian tidak ditindaklanjuti karena binatang tidak biasa ini dipelihara di Kebun Binatangan London.
Tim kemudian menggunakan binatang sama, yang sekarang diawetkan sebagai sebuah spesimen di Natural History Museum, untuk mengetahui sifat-sifat khas spesies baru.
Penelitian ini diterbitkan di jurnal Ecology and Evolution .
Ferris Wheel terbesar di dunia yang bernama Mata Laut Bohai dioperasi sejak 16 Mei di kota Weifang, Provinsi Shandong. Ketinggian Ferris Wheel ini mencapai 145 meter.
Jakarta, IDN Times - Tiga panda raksasa yang berada di Kebun Binatang Nasional di Washington, Amerika Serikat (AS) akan kembali ke China pada akhir tahun ini. Mereka adalah Mei Xiang dan Tian Tian, yang berusia 25 dan 26 tahun, serta anak mereka Xiao Qi Ji yang berusia tiga tahun, dilansir AP News pada Selasa (3/10/2023).
Baru-baru ini, kebun binatang tersebut mengadakan perayaan perpisahan dengan para pecinta panda dari segala usia untuk melihat beruang hitam putih itu yang terakhir kalinnya. Acara yang diberi nama 'Panda Palooza: A Giant Farewell' tersebut berlangsung selama seminggu penuh.
Dikutip dari Xinhua, para panda akan kembali ke negara asalnya karena perjanjian pinjaman panda antara Kebun Binatang Nasional dan Institut Konservasi Biologi Smithsonian dengan China Wildlife Conservation Association (CWCA) berakhir pada 7 Desember 2023, kecuali ada kesepakatan baru yang dicapai.
Ini berarti hanya tersisa empat ekor panda lagi yang berada di AS, dan mereka yang berada di Atlanta tersebut juga akan kembali pada tahun depan.
Diplomasi panda China dan pertikaian dengan Barat
Meski tidak secara eksplisit menghubungkan kembalinya panda karena faktor politik, namun para analis China mencatat bahwa kepergian hewan itu bertepatan dengan meningkatnya ketegangan diplomatik.
"Ini mungkin cara China memberi isyarat kepada Barat bahwa mereka mungkin tidak senang dengan apa yang terjadi," kata Chee Meng Tan, seorang profesor di Universitas Nottingham di Malaysia yang mempelajari diplomasi panda.
"Ini mungkin salah satu cara untuk memberitahukan hal itu kepada orang-orang, 'Anda tidak memperlakukan kami dengan baik, maka kami akan menarik keluar panda-panda kami'," Tan menambahkan, dikutip dari Washington Post.
Dennis Wilder, peneliti senior di Georgetown University, menyebut tren ini sebagai 'punitive panda diplomacy'. Menurutnya, Beijing mungkin sedang mencoba mengirim sinyal.
Dia mengutip serangkaian konflik Beijing-Washington, seperti sanksi yang dijatuhkan oleh pemerintah AS terhadap warga negara dan pejabat terkemuka China, pembatasan impor semikonduktor China, hingga keributan awal tahun ini imbas balon Beijing yang melayang di atas Amerika.
Baca Juga: 7 Alasan Panda Adalah Hewan yang Berbahaya, Jangan Diganggu!